Uncategorized

Setelah Menopause, Gangguan?

Setelah Menopause, Gangguan?

Menopause adalah transisi ke fase kehidupan baru bagian wanita. Fase ini dimulai ketika siklus menstruasi selesai. Menopause bukan masalah kesehatan, hanya saja perubahan hormonal dan faktor lainnya bisa menyebabkan ketidaknyamanan hingga terjadinya gangguan sistem reproduksi.

Menopause biasanya dimulai antara usia 40 dan 58 tahun. Namun, fase ini bisa saja terjadi lebih awal karena kondisi medis atau perawatan tertentu, seperti pengangkatan ovarium. Di sekitar masa menopause, banyak wanita yang mengalami gejala fisik seperti hot flashes, keringat malam, vagina terasa kering, dan gairah seks berkurang.

Gangguan Sistem Reproduksi yang Bisa Terjadi Setelah Wanita Menopause

Menopause bisa mempengaruhi gangguan sistem reproduksi. Saat seorang wanita tidak lagi mengalami siklus menstruasi, ia mungkin tidak mengalami penebalan lendir serviks di tengah siklus. Hal ini adalah gejala yang sering menandakan ovulasi.

Berikut ini gangguan sistem reproduksi wanita yang mungkin terjadi setelah menopause.

1. Infeksi Saluran Kemih

Turunnya kadar hormon estrogen menyebabkan penipisan jaringan kandung kemih dan saluran kemih. Hal ini berakibat pada pelemahan otot yang mengontrol kandung kemih. Selain itu, kondisi ini menyebabkan timbulnya “kebocoran” urine, terutama saat batuk, bersin, atau tertawa.

Kondisi ini tentu menimbulkan rasa tidak nyaman. Di sisi lain, kebocoran urine juga bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Gejala yang terjadi meliputi, dorongan berkemih sering muncul, sensasi terbakar saat berkemih, kebocoran air seni tingkat lanjut dan peningkatan frekuensi berkemih (termasuk di malam hari).

Baca juga: Keputihan Berlebihan Tanda ini!

2. Vagina Kering

Vagian kering, gatal, dan tidak nyaman bisa terjadi selama perimenopause dan berlanjut hingga menopause. Seseorang yang mengalami gejala ini mungkin mengalami gesekan dan ketidaknyamanan selama hubungan seks vaginal. Selain itu, jika kulit pecah, hal ini bisa meningkatkan risiko infeksi.

3. Atrofi Vagina

Tanpa adanya estrogen, seorang wanita bisa mengalami penipisan, pengeringan, dan radang pada dinding vagina. Kondisi ini disebut sebagai atrofi vagina. Gejala yang terjadi, yaitu vagina terasa panas, gatal, dan seks terasa menyakitkan, ditambah lagi selalu muncul urgensi buang air kecil, dan buang air kecil terasa menyakitkan.

4. Kanker

Penurunan kadar hormon progesteron dan peningkatan kadar hormon testosteron saat menopause bisa menyebabkan tingginya risiko terjadi kanker. Beberapa jenis kanker yang mungkin terjadi misalnya, kanker rahim, kanker payudara, kanker vagina, dan kanker ovarium.

Cara untuk mencegah atau mengelola kemungkinan gangguan sistem reproduksi, penting melakukan pemeriksaan pada dokter saat masa sebelum hingga setelah terjadinya menopause.

Tantangan menopause perlu dikelola, berikut ini beberapa kiat yang bisa dilakukan:

  • Berhenti merokok dan hindari asap rokok orang lain. Batasi asupan alkohol.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Mencari konseling untuk kecemasan, perubahan suasana hati, dan masalah hubungan.
  • Bangun kebiasaan tidur yang baik dan banyak istirahat.
Mencari konseling untuk kecemasan
  • Berdiskusi dengan teman dan keluarga tentang pengalaman menopause.
  • Eksplorasi cara baru menikmati keintiman dengan pasangan.
  • Lakukan senam kegel untuk memperkuat dasar panggul.
  • Berlatih relaksasi dan latihan pernapasan dalam.
  • Menjalani pola makan sehat yang mencakup banyak buah-buahan segar, sayuran, dan biji-bijian.
Berlatih relaksasi dan latihan pernapasan dalam.

Menopause bisa mengurangi gairah seks seseorang dan menyebabkan kekeringan pada vagina. Di sisi lain, kondisi ini juga menghilangkan kebutuhan akan alat kontrasepsi.

Bagi sebagian orang, ini bisa membuat kegiatan seks lebih menyenangkan. Perlu diketahui, berhubungan seks saat menopause bisa meningkatkan aliran darah vagina dan membantu menjaga jaringan tetap sehat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *